1. |
Jenggala
03:43
|
|||
Di rongga rongga aku bersemayam
Dari kuatnya jeram yang menghantam
Yang memaksa sisi lain ini berteriak
Berontak untuk hancur
Akupun hanya sebagai bidak
Yang terpedaya si pengatur
Lesap dijenggala kecemasan
Layu terhisap mati
Tak ada, yang berarti
Aku hanya sekedar ada disini, Tak terlihat
Habisi aku sebelum aku semakin berkarat
Aku hanya sekedar ada disini, Tak terlihat
Semakin aku mengahancurkan diriku sendiri
Sebelum semua sampai diujung gelap
Seluruhku hancur terperangkap
Lesap dijenggala kecemasan
Layu terhisap mati
Tak ada, yang berarti
Aku hanya sekedar ada disini, Tak terlihat
Habisi aku sebelum aku semakin berkarat
Aku hanya sekedar ada disini, Tak terlihat
Semakin aku mengahancurkan diriku sendiri
|
||||
2. |
Senyap
03:44
|
|||
Keadilan telah dikebiri
Kebenaran samar ditutupi
Yang lantang bicara
Hanya peluru dan senjata
Mengantarkan semua sampai binasa
Akui diri sebagai pembebas
mengubah kenyataan menjadi bias
Keluarkan mandat sebagai siasat
Agar keinginan busuknya didapat
Mencuci otak legitimasi kekerasan
Terus, terus sisir semua sampai habis
Hingga horizon memerah
Pantulan darah insan tak berdosa
Tumbal kepentingan si penguasa
Moral senyap tak berdenting
Kemanusiaan bungkam tercekik
Pembantaian sebenarnya tak ada akhirnya
dendam kan terus dibawa,
walau jasad menyatu dengan tanah
|
||||
3. |
Portal Maya
03:17
|
|||
Sebuah pilar baru
Berbaris tegak bak serdadu
Layar raksasa pentitah
Mengisi singgasana tanpa mahkota
Lari, selamatkan diri
Nyawa mu tak berarti
Portal-portal bermaya
Mesin tegap dingin
Mengamati di tiap sisi kehidupan
Dirantai gawai usang sudah logika
Semua arti hidup tlah hilang
Dipasung alat yang meraja
Kita memang perlahan menghilang
Individu congkak pembuat prahara
Membungkam-mu tuk bersuara
Tak ada tempat tuk berharap
Portal portal bermaya
Mesin tegap dingin
Mengamati di tiap sisi kehidupan
Tatanan dunia fatamorgana
Sarat distorsi penuh tipudaya
Dirantai gawai usang sudah logika
Semua arti hidup tlah hilang
Dipasung alat yang meraja
Kita memang perlahan menghilang
|
||||
4. |
Petaka
04:08
|
|||
Di tengah guntur tertatih berjalan
Semesta menelanku jatuh, diriku digenggam
Hingar bingar serta merta menghilang
Karam aku tanganku
mengepal geram
Api yang menyala dalam jiwa
Memaksa merangkak jauhi petaka
Kupanggil sisa diri untuk kembali
memulai dari awal, sekali lagi
Tersungkur jatuh aku menatap tanah
Nafas tersengal putus asa mewabah
Angkuhku runtuh kaki ku rubuh
Darah memanas di tiap pembuluh
Aku terikat oleh pekat
Semua saru dibasahi peluh
Semakin padat dan mengikat
Api yang menyala dalam jiwa
Memaksa merangkak jauhi petaka
Kupanggil sisa diri untuk kembali
memulai dari awal, sekali lagi
|
||||
5. |
Masif Subversif
03:59
|
|||
Riak kecil ini Kan bersatu menjadi ombak
Berbaris mengepal memberontak
Bungkam saja kami tak takut!
sampai telinga ini pekak
Kami takkan berlutut
Hampir semua, coba direnggut
Tapi tidak jiwa ini!
Kan hidup abadi
Hampir semua coba direnggut
Tapi tidak jiwa ini!
Mimpi burukmu sampai mati
Merah ini kelak kan mengering
Bilur ini pun akan memudar
Takkan bisa kau hilangkan kami
Atau mencabut kami sampai ke akar
Sungguh kematian bukanlah jawaban
Dari semua pertanyaan
namun aksara kan lebih keras bersuara
Mengoyak tembikar kezaliman
Hampir semua, coba direnggut
Tapi tidak jiwa ini!
Kan hidup abadi
Hampir semua coba direnggut
Tapi tidak jiwa ini!
Mimpi burukmu sampai mati
Merah ini kelak kan mengering
Bilur ini pun akan memudar
Takkan bisa kau hilangkan kami
Atau mencabut kami sampai ke akar
|
||||
6. |
Diantara Nadi Pendosa
03:32
|
|||
Selami kuala nurani
Enggan lidahnya berucap
Antara resah tak bertepi
Timbul sesal mengendap
Lembar - lembar candu
Tengah gelap dia buru
Bukan lagi hal tabu
Dienyahkan sambil berlalu
Tersisih oleh dunia
Akulah gunung bersajak keputus asaan
Tersimpan lahar di nadi yang lama tertahan
Diantara haru biru
Sejengkal tabir terbuka
Ada harap yg tak tersapu
Dalam jiwa yg terpenjara
Lembar - lembar candu
Tengah gelap dia buru
Bukan lagi hal tabu
Dienyahkan sambil berlalu
Tersisih oleh dunia
Akulah gunung bersajak keputus asaan
Tersimpan lahar di nadi yang lama tertahan
Aku hanyalah seorang pendosa
Tersusun belukar nista
Terbalut kabut sesal di kepala
Akulah gunung bersajak keputus asaan
Tersimpan lahar di nadi yang lama tertahan
Aku hanyalah seorang pendosa
|
||||
7. |
Suar
04:03
|
|||
Telah usai harap
Sayup ku terasing
Gemetar gegap
Damai ku terbaring
Luruh segala sukar
Mencari suar
Luruh segala sukar
Ku mencari suar
Henti semua angkara murka
Tarik semua keping yang terserak
Henti semua angkara murka
Menjadi aku
Menjadi utuh
Ketiadaan selama ini
Semua terhenti
Lengang tarikan nafas
Menjadi abadi
Menjadi abadi
Henti semua angkara murka
Tarik semua keping yang terserak
Henti semua angkara murka
Menjadi aku
Menjadi utuh
Singkap tabir lara
jauhi yang fana
Meniti jalan perlahan
Menuju keabadian
Henti semua angkara murka
Tarik semua keping yang terserak
Henti semua angkara murka
Menjadi aku
Menjadi utuh
|
||||
8. |
Dogma (in)Toleransi
03:47
|
|||
Kuasa kau jadikan berhala
Setir arah prasangka
Dengan wacana intoleransi
Pilih siapa yang kan tersisih
Iman jadi barang murah
Yang berserak dijual curah
Kitab hanya jadi sekedar dogma
Bukan pedoman untuk bertindak
Membolak balik yg nyata
Dunia sudah diakhirnya
Tiba saatnya satu mata
Membagi dua manusia
Membolak balik yg nyata
Dunia sudah diakhirnya
Tiba saatnya satu mata
Membagi dua manusia
Tunduk atau terasingkan
bantai semua yg berseberangan
Rentetan risalah
dilahap mentah
Rajut deretan
kehancuran
Membolak balik yg nyata
Dunia sudah diakhirnya
Tiba saatnya satu mata
Membagi dua manusia
Membolak balik yg nyata
Dunia sudah diakhirnya
Tiba saatnya satu mata
Membagi dua manusia
credits
|
||||
9. |
||||
Raut gamang tampak
Api tersimpan dalam kepala
Mengitari nelangsa sekian lama
Keringat deras diperas
Tulang dibanting keras
Darah membanjir
Air mata mengalir
Jiwa kemanusiaan yang sengsara
Ketiaadaan yang menggetarkan
Sulutan dendam yang tertanam
Tersimpan dalam kepasrahan
Cukup mereka membisu
Menggadai kehormatan
Untuk apa ?
hanya lembar candu
terpaku oleh tatanan
Jiwa kemanusiaan yang sengsara
Ketiaadaan yang menggetarkan
Sulutan dendam yang tertanam
Tersimpan dalam kepasrahan
|
||||
10. |
Martir
04:07
|
|||
Gemuruh menderu diudara
Berdegup jantung beranjak
Menampung resah dalam batin
Tidur dengan satu mata terbuka
Batu melawan laras baja
Mengutuk mimbar tirani
Nadi dalam setiap perjuangan
Tetap tabah hingga akhir segalanya
Tak sampai pada berita
Tentang air mata yang tumpah
Menetes peluh merah
kepulan debu yang berdarah
Tetap teguh para penghuni syurga
Keringatmu menjadi benih
Terompah pun menjadi saksi
Hari akhir kemusnahan tirani
Batu melawan laras baja
Mengutuk mimbar tirani
Nadi dalam setiap perjuangan
Tetap tabah hingga akhir segalanya
Tak sampai pada berita
Tentang air mata yang tumpah
Menetes peluh merah
kepulan debu yang berdarah
|
Streaming and Download help
If you like Holykillers, you may also like:
Bandcamp Daily your guide to the world of Bandcamp